Senin, 04 Agustus 2014


Kecintaan Allah kepada Hambanya:
Mahabbah (kecintaan) merupakan sebuah hubungan eksistensial dan salah satu penyebab penting kecintaan adalah kecintaan zat yang terdapat pada setiap eksisten dan entitas.
Allah Swt mengetahui Zat-Nya dan segala kesempurnaan-Nya. Karena itu, Dia mencintai diri-Nya. Demikian juga, Dia mencintai segala ciptaan-Nya karena kecintaan-Nya kepada Zat-Nya. Karena segala ciptaan ini berasal dari perbuatan-perbuatan yang bersumber dari Zat-Nya.
Kecintaan allah kepada para hamba tidak bermakna kecintaan yang dipahami secara umum oleh manusia; karena kemestian makna urf ini adalah reaksi kejiwaan yang tentu saja allah suci dan terjauhkan dari sifat seperti ini. Kecintaan allah kepada para hamba bersumber dari kecintaan-Nya kepada Zat-Nya.
Kecintaan allah kepada diri-Nya adalah pencerapan kebaikan. Karena Allah Swt adalah sosok yang mencerap (mudrik) dan memahami keindahan-Nya maka Dia adalah Pecinta (Asyiq). Dan karena Zat-Nya adalah mudrak (yang dicerap) maka Dia adalah Ma’syuq (Kekasih) terhadap Zat-Nya. Dan karena perbuatan allah tidak terpisah dari Zat-Nya maka perbuatan tersebut juga menjadi obyek kecintaan allah. Hal ini bermakna bahwa allah mencintai perbuatan-perbuatannya dan karena seluruh makhluknya merupakan ciptaan dan kesimpulan perbuatan-Nya maka Dia juga mencintai seluruh makhluk-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar